Cerita Perahu Kertas

Cerita Perahu Kertas

I. Identitas BukuJudul buku : Perahu KertasPenulis : Dewi LestariISBN : 978-979-1227-78-0Penerbit : Bentang Pustaka dan Truedee Pustaka SejatiEditor : Hermawan AksanCetakan : I, Agustus 2009Tebal : XII + 444 halaman; 20 cmTahun Terbit : 2010Jumlah Halaman : 444 halaman

Novel perhau kertas dimulai dengan kisah seorang anak muda bernama Keenan. Ia seorang remaja yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas-nya di Belanda, tepatnya di Amsterdam. Keenan menetap di Negara tersebut selama hampir 6 tahun lamanya, bersama sang nenek. Keenan terlahir dengan cita-cita menjadi pelukis. Namun, ia dipaksa untuk kembali ke Indonesia oleh sang Ayah. Keluarganya tidak mendukung Keenan menjadi seorang pelukis. Ia pada akhirnya memulai perkuliahan di salah satu Universitas di Bandung. Ia mengalah dan memutuskan untuk belajar di Fakultas Ekonomi.

Tokoh sentral lainnya adalah wanita bertubuh mungil bernama Kugy. Ia digambarkan dengan kepribadian yang riang dan ceria. Berbeda dengan Keenan yang cenderung dingin dan kaku. Kugy juga merupakan sosok yang eksentrik pun nyentrik. Ia akan sangat mudah dikenali jika ada di dalam kerumunan. Kugy menggilai dongeng dan kisah klasik. Sedari kecil ia bercita-cita menjadi seorang penulis dongeng. Ia memiliki sejumlah koleksi buku dongeng, ingin penjadi seorang perancang dongen pun juru dongeng. Namun di tengah impiannya yang menggebu, kenyataan memaksanya sadar bahwa penulis dongen bukan profesi yang banyak menghasilkan materi. Kugy dipaksa untuk menyimpan mimpinya demi sebuah rasionalitas pun realisme. Meski demikian, tokoh Kugy ini tidak patah arang. Ia mencintai dunia tulis-menulis. Hal ini yang membuat ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Sastra di salah satu Universitas di Bandung. Tempat kuliah yang sama dengan tokoh lainnya, Keenan.

Pertemuan antara kedua tokoh ini tak terlepas dari tokoh lain yakni Noni dan Eko. Noni tokoh pendukung cerita yang merupakan sahabat dekat Kugy. Sementara itu, Eko adalah sepupu Keenan. Pertemuan pertama Kugy dan Keenan adalah momen dimana Eko dan Noni menjemput Keenan yang baru tiba di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Kugy pun Keenan menjalin persahabatan bersama Eko dan Noni. Diam-diam, mereka saling mengagumi. Kugy yang senang bercerita lewat dongeng merasa takjub bertemu dengan Keenan, seseorang yang mampu bercerita lewat gambar. Mereka diam-diam jatuh cinta dalam diam. Namun, kondisi menuntut mereka untuk terus diam dan menebak. “Diam”-nya mereka terhadap perasaan masing-masing semakin menjadi dikarenakan Kugy telah memiliki pacar bernama Ojos atau Joshua. Sementara itu, Keenan yang belum memiliki pasangan, hendak dijodohkan dengan tokoh bernama Wanda. Wanda sendiri adalah seorang Kurator. Hal ini yang membuat Eko juga Noni bersemangat mendekatkannya dengan Keenan yang jago melukis.

Persahabatan Kugy, Keenan, Eko dan Noni berjalan apa adanya. Namun lambat laun mereka renggang. Kugy sibuk dengan muridnya di sekolah darurat. Ia menjadi salah satu guru relawan. Ia mengajar dengan cara mendongeng. Anak-anak yang semula usil pada Kugy, berbalik suka berkat dongeng petualangan berjudul “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Dongeng tersebut dituliskan Kugy dalam sebuah buku. Di waktu mendatang, buku dongeng tersebut ia berikan pada Keenan.

Lain lagi dengan Keenan, ia juga sibuk dengan kehidupannya termasuk kedekatannya dengan Wanda. Pada mulanya, hubungan mereka baik-baik saja. Namun, beberapa waktu hubungan tersebut menjadi pelik dan menghentak Keenan. Ia menyadari bahwa apa yang ia berusaha bangun, hancur dalam hitungan waktu semalam. Ia sedih, remuk dan kecewa. Keenan pun memutuskan untuk meninggalkan Kota Bandung menuju Kota Bali. Di Pulau Dewata tersebut, Keenan tinggal dengan Pak Wayan. Sahabat ibunya.

Sebelum pergi, Kugy memberi Keenan buku dongen “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Keenan membawanya ke Bali. Di tempat Pak Wayan, perlahan Keenan membangun hidup dan mimpinya kembali. Ia hidup bersama banyak seniman dan menjadikan naluri seninya dalam melukis semakin terasah. Di Bali, Keenan mengagumi Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Pada akhirnya, Setelah beberapa waktu, Keenan menjadi salah satu pelukis yang karyanya diburu. Ia menciptakan serial lukisan yang digemari kolektor. Kisah tersebut adalah dongeng yang sebelumnya Kugy berikan.

Sementara itu, selepas kuliah Kugy kembali ke Jakarta dan menjadi seorang Copywriter. Ia kemudian menjalin hubungan dengan atasannya yang juga merupakan karib kakaknya. Ia dan Remi menjalin hubungan meski diam-diam Kugy masih sering mengenang Keenan. Sampai suatu waktu, Kugy kembali bertemu dengan Keenan yang terpaksa meninggalkan Bali karena ayahnya terkena serangan stroke. Keenan harus melanjutkan perusahaan ayahnya. Pertemuan Kugy dan Keenan di kondisi yang berbeda ini membuat mereka tak bisa lagi menahan perasaan masing-masing. Konflik dimulai dari sini.

Secara umum, Dee mengemas cerita cinta ini dengan sederhana namun sarat makna. Kisah ini tentang pencarian cinta yang dibiarkan mengalir hingga kebali bermuara seperti perahu kertas. Melalui Kugy dan Keenan, Dee menyajikan cerita cinta yang biasa namun dalam. Pemilihan kata serta alur taktis membuat kisah di dalam novel Perahu Kertas ini menarik untuk dibaca. Meski temanya teramat ringan, namun signatur dee dalam derita ini sama memikatnya dengan buku bertema berat milik dee lainnya.

Komentar via Facebook

0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat

0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat

Sosok Sapardi Djoko Damono sejauh ini memang cukup dikenal, baik sebagai penyair, penerjemah, pengajar, maupun juga sebagai pengamat sastra. Para pembaca pasti tidak pernah ragu untuk mengatakan bahwa membaca puisi miliknya seperti Self-healing. Rangkaian kata-katanya yang indah membuat para pembaca akan jatuh cinta dengan kepiawaiannya dalam menulis sebuah karya. Karya-karyanya begitu sarat akan makna. Tidak pelak apabila beliau memang layak diperhitungkan dalam peta dan khazanah Sastra Indonesia Modern. Ketekunannya dalam dunia kreatif dan pengajaran sastra sungguh patut dikedepankan. Perahu Kertas ini merupakan buku kumpulan sajak milik Sapardi Djoko Damono. Pada akhir Maret 1984, karyany ini bahkan memenangi Hadiah Sastra DKJ untuk tahun 1983. Buku ini menjadi magis tersendiri untuk Sapardi Djoko Damono, karena beliau membuktinya dirinya merupakan seorang penyair suasana. Sapardi Djoko Damono mencoba menghidupkan fantasi-fantasi para pembaca, sehingga menemukan kembali dunia luar dan dunia dalam pengalaman kemanusiaan kita. Kata-katanya adalah segalanya dalam puisi Perahu Kertas ini. Sinopsis Buku Di Tangan Anak-anak Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk kepada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci. “Tuan, jangan kau ganggu permainanku ini.” *** Perahu Kertas pertama kali terbit pada tahun 1983. Buku ini memuat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang selalu dikutip dan dibacakan di setiap waktu, di antaranya puisi Yang Fana Adalah Waktu, Tuan, Sihir Hujan, Hatiku Selembar Daun, dan Metamorfosis.

Perahu Kertas adalah sebuah film drama Indonesia tahun 2012 produksi Starvision dan Mizan Productions yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini dibintangi oleh Maudy Ayunda dan Adipati Dolken.

Film ini diangkat dari novel berjudul berjudul sama karya Dewi Lestari. Lagu temanya berjudul Perahu Kertas yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda.

Perahu Kertas mengisahkan pasang surut hubungan dua anak manusia, yaitu Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken). Kugy adalah seorang gadis tomboy, periang, dan yang percaya bahwa dirinya adalah agen Dewa Neptunus. Kugy selalu memiliki "ritual" unik, yaitu menulis setiap curahan hatinya ke selembar kertas, yang lalu dibuatnya menjadi perahu untuk kemudian dihanyutkan ke air. Meskipun sekilas dia gadis periang yang slenge'an, namun dia memiliki pandangan hidup yang cenderung filosofis.

Keenan, pelukis muda berbakat, dipaksa untuk kuliah di Fakultas Ekonomi oleh ayahnya. Bersama dengan sahabat Kugy sejak kecil, Noni (Sylvia Fully R), serta pacar Noni, yakni Eko (Fauzan Smith), yang juga adalah sepupu Keenan, mereka berempat menjadi geng kompak. Dari yang semula saling mengagumi, Kugy dan Keenan diam-diam saling jatuh cinta. Tapi berbagai hal menghalangi mereka. Tak hanya itu, persahabatan Kugy dan Noni pecah ketika Kugy, demi menjaga hatinya, tak datang pada pesta ulang tahun Noni yang diadakan di rumah Wanda.

Keenan akhirnya pergi ke rumah Pak Wayan (Tio Pakusadewo), seorang pelukis teman lama Lena, sekaligus mentor Keenan melukis. Dalam suasana hati yang gundah, kreativitas melukis Keenan buntu. Luhde (Elyzia Mulachela), keponakan Pak Wayan, berhasil mengembalikan semangat Keenan. Seorang kolektor langganan galeri Wayan bernama Remi (Reza Rahadian) menjadi pembeli pertama. Ingin cepat meninggalkan Bandung dan lingkungan lamanya, Kugy berjuang untuk lulus cepat.

Begitu lulus sidang, kakak Kugy yang bernama Karel (Ben Kasyafani) membantu agar Kugy magang di biro iklan bernama AdVocaDo milik temannya, yaitu Remi. Prestasi kerja Kugy cemerlang, dan menarik perhatian Remi.[1]

Sekuel film ini, Perahu Kertas 2, ditayangkan di bioskop mulai 4 Oktober 2012.

Ost. Perahu Kertas merupakan sebuah album musik kompilasi yang dirilis pada tahun 2012. Lagu utamanya di album ini ialah Perahu Kertas dari Maudy Ayunda.

0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat

0%0% menganggap dokumen ini tidak bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai tidak bermanfaat

Sosok Sapardi Djoko Damono sejauh ini memang cukup dikenal, baik sebagai penyair, penerjemah, pengajar, maupun juga sebagai pengamat sastra. Para pembaca pasti tidak pernah ragu untuk mengatakan bahwa membaca puisi miliknya seperti Self-healing. Rangkaian kata-katanya yang indah membuat para pembaca akan jatuh cinta dengan kepiawaiannya dalam menulis sebuah karya. Karya-karyanya begitu sarat akan makna. Tidak pelak apabila beliau memang layak diperhitungkan dalam peta dan khazanah Sastra Indonesia Modern. Ketekunannya dalam dunia kreatif dan pengajaran sastra sungguh patut dikedepankan. Perahu Kertas ini merupakan buku kumpulan sajak milik Sapardi Djoko Damono. Pada akhir Maret 1984, karyany ini bahkan memenangi Hadiah Sastra DKJ untuk tahun 1983. Buku ini menjadi magis tersendiri untuk Sapardi Djoko Damono, karena beliau membuktinya dirinya merupakan seorang penyair suasana. Sapardi Djoko Damono mencoba menghidupkan fantasi-fantasi para pembaca, sehingga menemukan kembali dunia luar dan dunia dalam pengalaman kemanusiaan kita. Kata-katanya adalah segalanya dalam puisi Perahu Kertas ini. Sinopsis Buku Di Tangan Anak-anak Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk kepada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci. “Tuan, jangan kau ganggu permainanku ini.” *** Perahu Kertas pertama kali terbit pada tahun 1983. Buku ini memuat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang selalu dikutip dan dibacakan di setiap waktu, di antaranya puisi Yang Fana Adalah Waktu, Tuan, Sihir Hujan, Hatiku Selembar Daun, dan Metamorfosis.

%PDF-1.6 %âãÏÓ 9 0 obj <> stream _qò|i±súE¦(8SWøÍ'µ‚("›ëíSꚇʆ!*¬–虣(‹G& /‹:ò@erA2Õ­§8��:.nQpGÚÕ–´÷)g§ Êü@�@àG"Ş’^‡.ì˜Ô[Êî+õWÆî0u¶ IfÑK30J2�µo (äí++é¥�ù½Ë¥–xw͈ıîa <8±”¥¡ûø£ìmåÿ.–Ù>ÍŸRÌjŠÜ&ˆíMU >S¿{\l�22óóè–Ú|�n"Ô'A’x–Wb±>õs Obµm¨“FJ6ÀˆÁxet¥.¢"êãGÃÆCÿ/A…¸£ôù@3«ëÈ£t ìº!Ëqë[Âğ/M‹ùˆş.(8ëŠ-…ãòÎZYsÀîªE@ArcduMRcÅÿÊC•@TÕo!…54íNšî(A°¯�†‡Ç*°I,yü­ı@l)u/� �¬İ¿)Ó@=ñV#…{9¡¸‰üˆ'­,gAs?_2ú±æ~§-D$×iã}àòO¼ Í4¡ïË€“ß-D•ù¯æm]V÷(×{qß,c�5¨�ÛFúm¦¿F¬}n™xTù;¥íè‚_×m@ ¹Ö#‡¶zñ2…4 F°Ù`ãÊMLCD„UÓÓÖ ¤‚.�F¨(¡V;Q�CĞ»öœ×CíDEn.DÊñş)2h[ÈN1„…Õ‚CSĞ©³Ñ·g áQ¸©™—1oæş‡T%€-B•Öîsÿ&ue(ã÷ë_[šñ�<ä{jåÛ{LއNÿ?¡8-¼�RYÍÄRÜÖºxmû×QÃR+â¬�İhNÿy§Ô�;ó\>×^¡Œ•$‘µ5 ©V<.3 Ç¢™\à†°©‚HΧQ¸ÀukìjÉ7¬èmGж w‚råox2©mg`Õ¯ıë��{'mìaş ®=2„L29Ä7b€»²´{ëølà�‡­Ñr°V ôÊ„�ƒà†}ÖÖÓt�c"d¼†ô:в.…星Ig‰ï(Ï*6Qƒ;µÅ©˜F²nÙë»ÚÁ<‘¨Î€ğÁ ÁıêÌ<#ÛNÛâ5¾ÿa„Pÿh‘ı+‹sÒ\.»çÎşÚý·Ç¿�.im?ã®ZŠs(æyUşöŸ½îR�k“ 0¨'±ZãcÚ¹ïØ"ȉâ<ÿ€œQş–JDÈÖø%”‚UðÏò9MÍуy~a¿;ĞAF…ÄåW�ÉqæÓ¹‹0¯ÎÚ­?zäGe;»,aDA©Q!TnÏß ÁèjĞ8ªxRIr�a�W?İ&_ğ²:z¶~úWk23*´*p �@eHyí‚Wë¢ßx:hÙBÏ8·+¯G�Ï-]9ÀÄáY€Ù³Æ¿¨®iÄAœùiQVpË{¶V�Kª!Äû’è€ÔúÔ¸“»/~¶¿�à}è’ãçxK}kÄÄ2\{9Ÿ8e$GAêí� o1µœ°ı€Hl«�áÒŠéUùݱ¦¥§`œaÎ>ëš¼«Ë4 Ÿ6c�Ÿ„ñ9,ÑNJ“$ åu{ÀEPxÊÀÍRíNa×cbp-á /:„ù*•ó1'Ï%ÓÃ7âÙĞÀ�^8õ`»-6­kƒMpe÷ѼD ,B—Éèûɨıñ—Ö#]¨¤C³-ò°é¹\8!Û�åbıB ugĞ�îî80}@FÿD¯L Lcş”[ú™–¼¥�òZm“å.Ÿ¯š]j牚©}$p�‚§H¦x¾x\)~dŸ»mİH”ÿ˜ÖÄø­Aë0öR `»ä&[@‰ôôùV‚<%ˆ·-y«²…ƒ³â×Cæ~ë¼ÆÛWÇ-ÁÂœeš0±�8�è+QĞa«WÁ8‹�ÿa¾¬_O2O2˜Ä§&&·@æ~²ûËÿBSÏáŒDIıñ¡Ê£Û Û!•êòk1fÖ)¬¬�íÜ�ŒP%JÙì!)'U‚efÅ`s‰j®Ÿ„ê®Aöf)‡m|@şõIĞ’òĞ€®u쉹WQÛº!F?;ئOö*s¸khúíÖµ0ù-ªùæVãÒóOäS«â§qtØ÷\ kĞõ³Yç,,¸rò?¹¢º�Ùâ�àãË0âã‚ô@ÔXè”� ãj˜¯»ä…͈ÛmsT ÿÂcòGÚÌu-ZÜnƒì©2xŠªÿ´©—¸±­ûPλ1+æQ¨•øÔgÙz!`0µ± "�„¬¡E~tgS•\ËV¼iÕ ”sCcT q.ãm¾èL?½»/Wêÿs/Àì^„¹™ì»-7nµ!«'·¢)¶'õÇù%ÁÄW—éG844Êòê™ÇaîlDçä×P‹,Ë Áueş6jL��“±ùÄ~·÷yfŠ�s>Vû0f7İÏÉa­'ÊjÔN «T™ôXbÉ'yܺº÷�•ÃÄt­5 îËYK‚2ÈI'¢L›‘I¸…Ù“D{‰A·öô›OSWĞ3ª�—CïsP <‡ÇÏ9½øje¼;ÿDM£u‡%5•t?‡kOšŸÖºi‘amÉôÉÁ´lŠà^VYhO«d,5ı¦…Eè¨gÕ¨óïg¥§1&z|`´|û’�!Û°§uÎ/ÍS…É� ıüˆ–Ÿ²÷âç öØôN)—�9ãl×{¢­’$X`T”²O/4ÊÇåâ½ùGã¿�o?‘Ì»."T@”€=~<®}õU©—�¶ÆHõg¸Èz]öÎSn¢`jÏ>2ü2‡"¨škñO¾åÏ�ˆËå%ôGT™\ï}0öV NÑ´E3¥ò·ŒWDbäÔ}¿U v÷ÎPɧl»L»�fgtV,ëWæRUµËû$sàğ“÷¹U¨O¿É@˜úÒ-E�µie†óÁGA4`¸j n¼ ]Ü-4¦`ë*¦°™ä|ğ�¾ ó&Gô ò~”+ó|_Û¡KRŠ˜õ£2¹p†7Ğäv2>\.!GkÁe»ÊŸXÿsGµ¿Ğ”°ı›Êjû4'OúìxÔ¿å#xî,ü¢6�7ôïúJ›Ìh¬±Ï÷½å9‡"…3|a…U&Q>ûCŞ=*@ŸdtÊ“5P­²Rah�~×…çİVä�¦uÊW'ù>ÔŸÂä‚îÎ+]Çê&L¹—ïÙÜÏÖº"í¼Ü7”1%ü–§ë ¹�n%·ñÅâXÉÜÍ'~Ñ;Ui =Z®³ôw)+¬�ÍugÜ;……®4öå\š{qŸg¶Š·0nÇ¢ÏV‹‡™*OmC{Ğ›ö`eAó­Ø�>³˜ÖzBB•Æ�ªã®æófÏE,¸Üï#Ú©>hņFIH:ÄC·Šş/œµk-›…‚\%”gg™h}ᬒ©4¹¾º.ÂHÜ’B) h¿ûÛó{2½$FUÂæ^MRç.6Ù—Ùàş4µDÖÁ‘)Ñó:k¢%¨ ¶V]ù¡GO±„Á(¸Ã0åµ»»CPÍ܆OB o�b5«˜•™êp,H“®µå¥'ÆŒã§A�ën�Ëÿ}‡U Õå#ܽA—·¿‰ÆÉÖAª^NBÇÆŲöq�µ©œ,?½±=ŠÀ³“e�2¸­úœ$®«íêÁ_œ=œÂ_Ø1Ç= #_ÀˆªÓ­±â)¿ÎŸù¯óƒæ¥– 0P“yZ¬´è²WFha7ŵ§]ÂPÜ\\�Ëâ¬�¦¦RNŞË”Îá¾Güóİtt§òXµ9 È…¿jĞ [ŒÎCw¯j.Rœ-´àÕC¸dOÁu ´�Ì@_ùßõÜæ„›ašFı‚¢ë¶m ãË|0_ SÖ¿Ş]�ÎÓlBŸúÓåd¨|T TŞ*‰ÕL²´¬œ&ØøJ²ò½*l­CÄ1Ò>ÈK)â‘CVÚH=ù]Êk˜·ü‹V^ÛxGDŠĞlHÛ‹‚¹PáŸuÁOwé̃¥!©*L¸DØöp;ò™ZÈÒ÷öKçş �Ée8É�û‹ç™*j CU4#$lD#�ÄÿŠ�/[‡p÷¶­7‹)Mı`™`<›êEY Œ™ãÖª�^C��Ä=Ká=*×f ˺� IØõ–ZpĞ•½¬+٪ɵÁbIˆñ²Û|�Úq¿›ÑJóWÉ]æÇïüct0ãt„ÈѽºÜy•™”ß©m¨Z�‹8˜j”w©,g7ö�}ã'8a„zÎş¸õVH¡@¿ƒİ�‹:RÛ'–s!µ�"¤ì;‚UXûókk¥�õÿ>}r­ÅS÷’H©âYø“P®�H�Røß1Hî‹~ß#Ÿ¢ˆÛxW½Ut'!÷õLV®sôÍ:�¶g�v¸ô"÷I֮eg�¢'{ �çõj5w×�¿­¿ûOñJo©A5OPC�”b0sDU ÂZ…¹-«6ıÜI[IkMş¼ oQ”àìGÂÈ×äÁ»AG!˜ÉË\¤8Öü1bİx¶=@-P'a¹]¯¬E:©3ËVš¹E‘jdz!ğ"1Á˜SË9ÑšZèyT»Ñ¨bà0T‚êî~ŒÊ˜ïʬZ‘°Eú¯ğN¹p"j˜=òÿ;ñpåBªõ]zkšæÖ6ûNH¤†T/&ë¹ vº0#õhCÃIÚxi„,²œ‹N�@ì‹35MpË[Ş1ÅB„£†JÙúF!t^3âc‚¯r�‡æ•lp>·µ¥¼VïsDãßmà ôS�Î[üákz—¢<ÿÈ8õÇæöÊ#–¸¢\ó9‘“y¶¥v-şÔ¢$×uÄCVÕARDC€6§ÂÀz÷ üfX?€ìM,:wF90_©¦ÄØÎÀ¾ù7 ƒ:üÄígæÚcVn>¡¿ü�À¿Å€Ë× i˜p¼^ßH›œnbì@ã­ùEn‹5HuÛ§sA¨w“ÅKb�á¿Sßf˜DFàâ†åh�7vBñ=»î:Zî�ğ¸,õÿ¹²3Áˆ!½ÕÔ›ûz†½ Ø£â:”ª‰'Q¿Ë€uõ´™keÏÉÒë³vÛŠ#1ÓfÕL=„ÏR¿â\Yü¶Èl÷}ÍM��A�u¯cX=¯0y–Éâø¶‹(şØC\è)$T1äÓl¢¨‚B¸Ş¢ Ö+�Œ—'ºîoı'h ¼ıftªˆèpçF!ßtİò¯s �ÿ�XXZ5À¬¢Ã¡ ¯DÆ1»'¤•P¸w¥DÎfüg¿g¼YŸÚŞàIP‡(éV›(3èŒÌ·ÏÊrÉÏt{_>!o°û¦ØbÓ¾xX±?Ö¡oÚj÷»*§µàG*7İKÃ!VLË›Û:`¥tÍ�BQÑ(¿Ş†*£$·—E3GJpó\E•�&˦®Ü0>¨,0‡ŒôËiß•ÍÿKÇHsS Ûï0š9İİô)kx°ÆÚ©’�X÷µÀµ~hùòì;"Ì(Í¢ÒFu~Ës[ñ>ùğÈ�**b6ù‰`«V-²aĞ ËDŞ9„¡¬Bõ­*³ë@Ì¥6LØ}œ™)R½1)C� Rb°ÓĞ&í²Âÿ¶^-ñ hEJ8]ğØØ&dg®ã‚)ôu ¦¶â™<�³o`èèD׌B+nñ½·w“µåùÄ!î Ş²§X‡Óf ¡[Åç$•€÷µ5İ‚múfTd™¢»w°KØŸÏ^] ìR~’¾íuù§W!·¼Ã(#ş¿£ ÑàzÈá¦ê>q媼!¿{ !—ÈÁ¢ÅëÓ㧓 �݇ܓºy„\òûYצ\£ç{_ÕÁèRÛJ®¤ıİ iİbµs:󺩳¦ÑÓ°Ó2rÇÉm$ooYrƒà.1�,ÆC è™X€x øüC·q.¿ªÜÅf?pëß-Õ@£}t–|õ*š€¤ê‹«±| à—¼m^šPíCrtŠ$¤i¹�öN;µ¨k£î…´¥Õ¦Ìø•sL$#Ü×q[OW4zؤıkSİ ×BYfKôñ“´æ9÷í¬YÀ‡L>í®O%ƒÒ·��&µg*ר*íJ[º!*'3İmÜ%ñÿ�ÄQb~kÄ’¼xÕ�n—�–l�·~`D8#gƳϒ â…WiEe¼£Æè<ä‰ 5°˜sm,B©ÿ  ®�÷{-Å´EùÈv!~KɹN˜jRÜÑ°zfÿıº°´Î÷Ë™uğüé�íhln wpRf¶Áy(º‡*z�d4PÙ…”IE\�¿ÿpRËP 5ï �w„¡èc1õ—¨,Yâêב‡3ßô¢–�ux6vb/îMl/ªS£mÀ$$ö,…úGsñyé‚»" NNjcŠNîRtà¤&ô¾¡ (œµÒnóÖpİ�¦:fRyNFĞ>wÒhXXvL&/µFÖÙíbó{U±ÉÎ{‹pfõRbr[Ú07Ó›¯=·Gšı’2‰()Ûg®Çñm–˜&ëÌI›TQCàƒ==nfê‘òK7eËé:‰ºS„ÛN½·–�ÚÆñe‹:ª á GàšöP%`GEºÒ?»¯Õ cÛI—œ27äW /@넵Ãlş{M†±²ß³•Æ˜“êĞ�yúµÁ?=‚Ì;&ÿXuc¨âˆØr7•Z ‹‡O&·¦ J9Ö� £ L”´À¢!ç—Så…,ÉOèw>ğÅÛ«Ë:m cõ I­n{9Ôwô $c7¾vPæ(Ş“Ct3_ÿ.QsıRÖî W.ZdJ4Z3�QÕ‚'µü¡ ÃÉYh´—ÈĞ19œu�w¿Ø“R¡è_8}‚¾óBn�‡s~ÊMâk�΂§Fi¦,S–8Ñáj9úcñÛ&û©·~?�.vGhÅğü[,Éç2TΈ٩S虥 ãVº|Æœ-;?¹‡(0÷S3SšrÌæ¾<@0±#Ô‡hJ.L›_]İó�Öe۔ĂĞE¹4ÍOц,ÒCœvw Œìg\+äxWŞ—�Hcx÷™,ÀŸ‹˜kì–\­–)ï&cŸ†•XpË‚4«úòc#D?˜zŠäB®1KÂo%ı £XÚÏLQhâ©Q5�MOà>X:¥&ˆhªÿÂÊ°X�ÿÿz³F6L‚9Ú¨·õ‹¿Ëà&3Y2¨ µÙB’Àu}è;˜ jEvÃrò®9��SfÔ>«%è`ˆ F¬ˆ§Ÿèøª)Ç�Åı<®F< b·nA•ğÇğ±˜ÀĞÉaú½€ÂT©²�GôôÖ(ªcĞ0‡ÑÏ>£ÆCú1é]`I�ÒDZÚʽd*ĞÃ3ù§ìR¦ ×æ¥"dÛÒÚyƒ'ı€æÚRVHNw}n|Íî_…³n°id°V¿äÑ¡QŦ¢‚ ~Ù9 lËĞ.Y 47¹ç´�¥G=ÀnòEˆ¯�VèätÉø(ÆG~(K"€�¥xà8ü® 1½óşd)Íöş_¬å¼QÂÚcdÅHd‹¬şTæÙÅt¸€~:,вÔÅîóçeÅ L‡v‘úó¢€Zø€4Úyrwo»èÙ˜í½"#<Èãğµ^ƹ£ ?Poë°NË‚ã [�lDz ^Õ�$(ËêÂ3Y2OK>šäìĞ øÙ�hø8N Üï›×Cüó/|ÏóQ뢸Ù+BÛ Péûã?6û�©¢8\8éß uf/Ó�ÕwG¼ö\ ½À#"ôD«GRm*@?Ò¸S–*/¡» _üAª4$û³¯«±À>ÜŸ’"�¼pV¬˜F6šõßû![ñZögH¢…C«óN¤?Œ–rªùe©ŠKí°ÊòÒÑ g®™iq‡#»W\ѽ‰{S­a|«Qác^È«„x™Õø{¿QoQÎdü“îÕô içSÑ�@KØbmkİçqo]‹ï, ÁÛ/bi¸Å·ZCÄ}+Z¼�Õ¢•à“î‡İgƒóèiy!�Êj[s£|££�ŒÛÔ"Ò?âj#YKV1ŠM�°g˜é(ض(_[A¼¹™lBZ)€‘äu½8ŞZİ ù�V©ókáı“ş¡ë•ZL÷^ååÓ¿NÈı»ìX¥íôÙ�´Øç?17̪~„háèX¨–dP5qà€E®8¡ï��ëş¹ªhQ¥¨›çeµ4{²ËÍÙÌ}0G<òS­{_9–\�~‘èÏ­üñ“¤flªpd^ˆ]¨aÚiÎï İ]x†b{gTİÚsfàı †¨æ›­ùAkTïQI&¬[ü(Œ�;Şî0Õàä�õ-×�Hv%Gl�ízî›a$holî9Ço>Á�0{‘9&¸= … Ú¨Pôw5M>ܳgåóˆ!_fÆìmØ ¼ÿ¾Ïë1#$¯šßDlnBİ溯ï¶J5Cæ2n=v SİËc‰ıç(Å! £Ÿ`IYªú{M‘{Ô(£|W$õ™]s–Ǿ>ãR~DÆ—jCÏi˜µ˜s4²Îò�UbIFµ¾'½ Òr~cp”´?d=xàiÙŠx¢)yİtí'°ñãJ2Î<ïI{Ç­İû�²,¡e,b„s¼¹�ßZV/Ó“ŞVÚõ¢ˆË¿©< §¬„ß㆜«Š¿êş=¤|:Ó¥ÖÛÓIDFö§2®ÁóÃ$OÖ§Uâɺ˙$Ğ6îªÃÊİí€äY¼ó_½¼‡éQMQ¹…ÓÕ �R@)×$FP%­ÚãSû6£]÷j™Lè¹ùéÖÍÀ®§#gB¸ö‚˜5u-嚨ØoõÌ°6¬£¥ê¸áÿiMO1ó!ÖlQÙ»í�;—Gú\f$/>JU,yŒÎQTƒkl±˜ [ÒØ£Fİñ¾Ê-SȷԺƅƒ\YùÑ]¦T]„|“¯?x Å˜ö+ΠֵtIšÕQ²œyARDgÇoBëZ�¬râŞ$'gÈx%ÒÚóI ó&²ìıäœES��ƒ¶nÊåíp��…+Q”{ß\�ÈœìÃÏ|ì5GT¯[Öè#Õ¸5–ʃüÜÄqUæ$ğlåvÀ*x�~†—^}^™+!ª�LbU^s=Í ½ïéQo)Aê·#�àƒ]½LÄdƒu&z®í•"DÙZ&¹Ú­øUåf‰~ Ï™f©YåÙ-9@¿d;a�­I|—¤J�w}ïj+"CÇW•ƒ%ô®'BRÖÊø®,C‘²s““peDMò‘ºj‹Ùé;×I<Å‹zÃı¸õ–JP¼N|ÆnêÉ/ÙBş„µjssܾ‡j c³‚ğûp�¯œÿ�[bŒLEtñY,ÏGAÜŞ¡qwÕÊ]r]!¹�t9UÜÉÎô“§‡VÕñ|±ÈÊßr|ˆ�íG–ä�±¡˜/³i XvôyiP‹¢A[}’’ãj&Ïè¸vù~Äky<¤Ï@ÆMß\|¦H¼�Uş"ú¥Æóò·¤6ĞoÆ`ŒIõçÆ�ÌÙx³ÍğíÉ~ß-v�İ‹uîâ…š¼6{cLFuÜ»f]·atşsÏÚb º£Zá vEëÀº$]ö9àç¡IìV=)_ÊHB+Şnu±Ø¤º�iØíJç duÑJ¾†ŒUˆüS1Éa§ô+ÅK[P J¢*y7#×,� †$뚹܂|ªÇ­L¸İ�ÊUǃ›z‰ÿkqpßük{qø?�Ó�œğYàFT›”(Õn»GÈß@j@2Œœú8�.AݼzC³›P/ÆÜTf.5޹da*]¹ß€ğ�\¸–ä>iæ§IG‹¡ÔPBÛÿ» ¢ØU½ y!Ë=�è‚ùi:+÷i®?7µ'ÿ(û(Nªtûî·¥›Œ÷«pUç#Ñî^'£B�|jgTRü+Ûï, úg'`Ü'øê{wuÆ׺²5 "j¯ô0„‘,’ ŸŸÛñ­¼VY”õ¬Ÿ2ì#Ô0¬£�0õ¤LLH|šv�ââ¯Ñ(bĞGILûĞ0Ì´öğÄOyop”×'„j‹ª öb¬ù×>ãú¸Rh7R:¸à¦¦AV'ĞÙÈèsQUq’«@›ê5�Qşkçˆ4ÿ‰�,D*勹×~Àm‰ıbÁÿ½8få8Õ�M¹ã¶É?+µq6™¢N¡=�φç&f:bÂò|FÆ­P†ÿb;ÉPZzô0UIÖ×b³æeâ7±şı¸ß:{Ì1^/³8� ¯s‚WHalòÍ6é¬H\Q%¤Nú4nfÎ�Y8/2äÕ»¢œÂIaá$;ÒL4ZÍf5ãq j�’å�dDèX æx ² ™Êöv�#†+İ4,íF•cq¼\ú[ZÏÎ'?JGç¸R îx�xğ9pÓ�¾²¶‡9«NSj�j/¢.ÌşÿĞqݧW"1‰˜øÊqÙÆ%7ô“¹`ğ«ÁZ÷’³ íĞ7 «öL›~,8¹¸ÏÜ¥šÚ'Èêñæş§Ì·`šÉ¢s™Ñ=P-:é?¸låôúdeN\näl$šŒ£ä5—4FK3NÒ3,æT"®£6@ñ·=*7*™Læ-àŞÎü8ˆ·áúc„óÁC|8Lå|¢{Øúü˜�DBY™LR«aíú´–ü+r{á/ܬ|‡Ï1â$¾&CmÑŸ(L­ÖuÀbÓöìñl“Zûœ£ú«¹scÜ-ÒôÃÎ/,ÛKƒÒÛS‹Ñ´è(Š Ìùñ{“–(å-Â%# d±¦¢µ��ˆj÷k�¯�æhµYh±ÂyÅŒ^Іò Å—îqÜ;ÿG$>çϵŒv5‰r¼ïûrÙ¡ø49œ»›w-Àş` ‹&J^#Ués(jÛH'Œ S²HäŞÀÔê^ÌSêãv 8ñ=!üø`blÁQAy ×‘æbg@�Ëé…1ÿ:•ÄÏ:Éæ€UËR,ÕXÁ'¸ò¡\BáÈ*ˆCÚ<¦K†N‰~ÁRä Q«9óîíá„�Cµë™…úz4¿ËBêÚ탛ñ0Qıà�Û EupıJ˜|d�㾿ò¼²&·ÁÕÂÿ4şWË’¥€c/İA‡R›ñж„kŠ_µ ,õ`,?…F’�°MÚ‰«�Šø!ù\h×Ò�êu‘KËxõÇ,ò$´U £ÏÁ’§�–öXÆ�ôò&¼„”J#ˆc.Âgïş<şÛŒs‹G½ú¨–•ğ|ìy`ßì[ƒ —Hq1ìğ Ñõó#ğh€È‰Èbî¤wåÃøÁáÚ “i�~Uêd5¤L^ÏÊ¡H_¾ã�NWz×98c�Y­Q™�ÕúY|ŞI¼(‘¸ù·�;…NÑ)7Vu ³wô}ù=˜u5ó)W9‚öÿóìÜ5më†(ôÁ3¾Æ°ÓæÙ¯.»Ë‘2`oãhH=%ğÒ©Rš�¦>Dj)P.ô>î˜$Üÿ)5Î}©ç‡)™Õ¨Õ2í·ÿûr!­\ã†áşØM^´/:£J1FÚ‚ş% =Íşyd2J�ÓÑAI–Ñé£à§Ç¬“ËŒ¸xø¡¡ßX<)ºxÄQJvX0¼AÏ?$=sœ^½¨i…Û¹!� ç$ün¢€lÿ%ïÏÕò$\TášÙÚ­Ælã[ÔQgˆÇˆğä�'µ,0„ÙÒÀ­y­R„É·ˆ¥xAAÛb;°ëh-w‚î�‹ğRº�49fÈÚz½Ÿ6(¢/İVh !).æ§>×.{Š%S#qŞ|&—1_Jùy£õ·öõÉ6/³]B×J© ÔÌóÉ«<—éhQÔI'ş=uàLû‡QQaíãPÇo|÷?F«'8÷‘ı,9s:%â8_m‡9®âè=ã¼åÛ˜“ܑ̻3^�}S�ûîù ¦ŒV�½FÅë¼ ıjò<´æ›!±’«›ì”äígÇW)~‰è^ßúàh=0¬CZ.'ë†0¸Påˆ|A„ZؘŠ1ášgÖ�Ú¤Wn€‹š(¥‘8ğ‚ƒ^À·ª\œ~Îh‘I L